Pada suatu malam, suami bertanya kepada istrinya, "Apa yang paling menyakitkan bagi seorang wanita?"
Istrinya bilang, "Berpisah dengan orang-orang yang dicintainya..."
Suaminya tanya lagi, "Kalau begitu, apa yang paling membahagiakan bagi seorang wanita?"
Istrinya menjawab, "Hidup bahagia bersama dengan orang-orang yang dicintainya..."
Suaminya diam-diam meneteskan air mata, "Kalau begitu, kamu tahu apa yang paling membahagiakan dan paling menyakitkan bagi seorang lelaki?"
Istrinya menggelengkan kepala, setengah tertidur di pundak sang suami.
Suami dengan perlahan berkata, "Selain orang tua, kebahagiaan terbesar seorang lelaki adalah bisa hidup bahagia bersama orang yang dicintainya; dan yang paling menyakitkan adalah bila tidak bisa hidup bersamanya..."
Malam itu malam yang sepi sunyi. Istrinya telah tertidur. Namun, sang suami tetap terjaga.
Keesokan harinya, ia pun berpamitan pada istrinya untuk dinas ke luar negeri, untuk sementara waktu ia tidak akan pulang. Ia pun mengecup dahi istrinya dan berangkat sendirian ke bandara, menolak untuk diantarkan.
Sebulan kemudian, suaminya pulang, istrinya yang harusnya senang malah terkejut lantaran ia membawa seorang wanita bersamanya! Wanita tersebut lebih muda dan lebih cantik darinya. Awalnya ia tidak ingin berprasangka buruk dan menghibur sendiri, berpikir bahwa itu adalah rekan kerjanya. Tapi, suaminya malah berkata, wanita itu adalah kekasih barunya.
Akhirnya tiba juga hari di mana istrinya harus menerima kenyataan. Ia pun membereskan barang-barangnya dan keluar dari rumah itu. Sebelum pergi, ia menaruh sebuah botol berisi obat maag di meja dan berkata dengan nada lembut, "Ini obat maag untuk kamu. Ingat ya, jaga makan dan jangan telat makan..."
Namun, suaminya tidak menghiraukannya. Ia bahkan tidak menatap wajahnya.
"Ada apa denganmu sebenarnya? Apa yang membuatmu berubah menjadi seperti ini!?" Suaminya diam saja. Ia pun membalikkan badan, membuka pintu dan pergi….. Setelah pintu tertutup, suaminya menangis, air mataya begitu deras. Wanita cantik itu memberikan sehelai tisu padanya dan menyuruhnya untuk mengejar istrinya, "Kejar dia! Kasih tahu dia yang sebenarnya!" Namun, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
3 bulan kemudian, mereka resmi bercerai dan sejak saat itu, mereka tidak pernah bertemu lagi.
Sekali berkedip, 10 tahun pun berlalu. Sang istri sudah pindah ke kota lain dan menikah lagi, bahkan memiliki seorang anak. Namun, ia masih tetap terkenang akan mantan suaminya. Dalam lubuk hati paling dalam, ia tahu bahwa ia masih mencintainya, dan mereka berpisah pun bukan karena tidak cinta lagi.
Suatu hari, ia menggunakan jatah cutinya kembali ke kota di mana mereka berdua dulu tinggal. Ia masih tidak habis pikir kejadian 10 tahun yang lalu, dalam waktu sesingkat itu, hanya 1 bulan, suaminya berubah total menjadi seorang pria yang tak dikenalnya lagi.
Setelah berbincang dengan tetangga, ia baru tahu bahwa mantan suaminya sudah lama pindah dari situ. Setelah mencari-cari ke sana kemari, ia baru mendapati alamat rumah wanita yang dulu itu.
Ting tong….. Bel rumah pun berbunyi. Ketika pintu terbuka, berdiri seorang wanita setengah baya. Wajah wanita itu masih cantik, hanya saja tidak semuda dulu. Wanita itu pun mempersilahkannya masuk dan menuangkan secangkir teh panas. Ia mempertanyakan keberadaan suaminya, namun wanita tersebut tampak sulit berkata-kata. Ia pun menceritakan semuanya dari awal...
Sebenarnya, 10 tahun yang lalu, setelah berpisah, penyakit suaminya langsung memburuk dan langsung masuk rumah sakit. Ia menderita kanker lambung, sudah stadium akhir. Setiap harinya ia harus mengandalkan obat. Setiap kali kankernya bereaksi, ia kesakitan sampai tidak bisa mengeluarkan suara.
Wanita itu adalah seorang dokter. Ialah yang menemani suaminya dari awal divonis sampai ia akhirnya meninggal tak lama kemudian. Ia tanpa henti menyuruhnya untuk memberitahukan yang sebenarnya pada istrinya, namun ia berkata, "Daripada melihatnya menjual seluruh harta bendanya untuk menyelamatkan nyawaku, lebih baik kita berpisah. Lebih cepat lebih baik. Ia bisa memulai hidup baru. Aku tidak boleh menunda masa mudanya. Biarkanlah aku sendiri yang pergi dengan tenang di sini…"
Suaminya tidak ingin istrinya khawatir, juga tidak ingin merepotkan istrinya, karena hidupnya juga sudah tidak lama lagi. Ia tidak ingin istrinya menghabiskan masa mudanya yang berharga untuk merawatnya. Pada hari-hari terakhir, ia sempat mengajukan permintaan bahwa ia ingin melihat sang istri untuk terakhir kalinya, namun saat itu ia sudah pindah ke luar kota.
Terakhir, sang dokter pun membawanya mengunjungi pemakamannya. Berdiri tepat di depan liang kubur sang suami, ia berlutut dan menangis, untuk waktu yang lama. Ia baru sadar perkataan suaminya: "Kebahagiaan terbesar seorang lelaki adalah bisa hidup bahagia bersama orang yang dicintainya; dan yang paling menyakitkan adalah bila tidak bisa hidup bersamanya..."
Hargailah orang yang mencintaimu, karena siapapun tidak akan tahu apakah ada hari esok…..
Hargailah orang yang selalu duluan menghubungimu, mengirimmu pesan, menanyakan kabarmu, karena dalam hatinya pasti ada kamu....
Hargailah orang yang berada di sampingmu di saat kamu sedih & terluka...
Hargailah orang yang membuatmu tertawa di saat kamu sedang bad mood...
Hargailah orang yang selalu mengingatkanmu untuk makan, jaga kesehatan, bla-bla-bla, percayalah karena kamu penting baginya…
Hargailah orang yang pertama kali tahu kamu lagi ada masalah, karena ia selalu memperhatikanmu...
Hargailah orang yang selalu berisik, kepoin kamu, mau tau aja kamu lagi ngapain, karena ia tidak bisa berhenti memikirkanmu....
Hargailah orang yang mau membelamu, bahkan di saat kamu salah...
Hargailah orang yang tidak meninggalkanmu walaupun kamu sudah melukainya, karena ia pasti akan menemanimu sampai akhir…
Sumber: pixpo